KEBAHAGIAAN

SAAT PERTANYAAN BERLAPIS, KITA GUNAKAN UNTUK MENGULITI SEGENAP BENTUK KEINGINAN.

     Apa yang anda inginkan di dalam hidup anda?. Misal, anda ingin kaya raya, banyak duit. Saya tanya lagi, “kalau sudah kaya, memang kenapa?”. Mungkin anda menjawab, "ya saya beli rumah, beli kendaraan”. Saya tanya lagi, “kalau sudah begitu, emangnya kenapa?”. Mungkin anda akan menjawab, “kalau anak istri saya kecukupan, ya saya bahagia”.
     Cobalah melakukan pertanyaan berlapis seperti diatas, atas apapun yang anda inginkan dan anda kejar di dalam hidup. Pada akhirnya, jawabannya adalah “anda mencari kebahagiaan”. ya saya mencoba pertanyaan berlapis itu, kepada diri saya sendiri. Ujungnya selalu, bahagia. Artinya apa?. Pada tataran terdalam, yang dicari oleh semua manusia, adalah kebahagiaan. Sehingga bisa saya simpulkan, apapun itu, sebenarnya adalah sarana, untuk mencapai keadaan “bahagia”.
     Pertanyaannya, kalau ujungnya adalah mendapatkan kebahagian, mengapa setelah berbagai keinginan itu anda dapatkan, anda belum tentu bahagia?, sebab pertama paling umum yang saya amati adalah, karena banyak orang mulai berbelok dari hasrat terdalamnya. Segala bentuk keinginan material, yang awalnya adalah sebagi sarana, berubah menjadi tujuan. Uang, adalah sarana mencapai bahagia. Pernikahan, adalah sarana bahagia. Agama pun, ujungnya juga mencapai kebahagiaan. Semua sarana itu, bisa bergeser menjadi tujuan. Terjadi goal displacement.
     Sebab kedua adalah, banyak orang memberikan syarat terlalu rumit untuk berbahagia. Misal “ saya baru berbahagia, jika saya sudah menikah”. Setelah menikah, apakah berbahagia? Ternyata, tidak juga. Karena dalam pernikahan, akan ada konflik-konflik dengan pasangan, selama masa adaptasi. Sudah menikah, ko tetap tidak bahagia ya?. Lalu anda mengira, kalau uang sudah banyak akan bahagia. Lambat laun, ko kurang ya?. Syarat bahagia pun menjadi bertambah, naik di angka milyaran.
     Di usia mendekati 40 tahun ini, akhirnya saya sadar. Bahwa, bahagia tidak akan pernah bisa tercapai, dengan sarana-sarana apapun yang wujudnya material. Kalau bahagia, durasinya hanya sejenak, lalu galau lagi. Saat menganggur, tidak bahagia. Ah, kalau sudah punya kerjaan, saya pasti bahgia, lalu diterima kerja. Aha, bahagia deh. Lalu galau lagi, karena mikirin target pekerjaan tiap bulan. Inilah pengejaran semu kebahagiaan. Begitulah nasib bathin kita, saat kita mengira, bahwa materi akan menjamin memberikan kebahagiaan sejati. Lalu, dimana kebahagiaan berada?
     Akhirnya, saya simpulkan, bahwa kebahagiaan adalah sebuah keputusan. Happiness, is a decision. Saat uang anda banyak atau sedikit, anda memutuskan bahagia atau tidak bahagia?. Kodrat hidup adalah datang dan pergi. Silih berganti. Naik dan turun. Kehidupan tidak bisa selalu naik terus. Ya begitulah hidup. Sehingga ketika kita tidak berbahagia, sebab aslinya bukanlah soal apa yang terjadi. Sebab sesungguhnya adalah, kita memutuskan untuk tidak berbahagia.
     Segala impian kita di dalam hidup, umumnya membutuhkan banyak syarat, banyak faktor dan banyak variable, untuk terwujud. Namun untuk mewujudkan kebahagiaan, saya kira variablenya hanya satu. Yaitu, keputusan kita. Mungkin, ada di antara anda, yang tidak setuju dengan tulisan saya ini. Ya tidak apa-apa, tidak wajib setuju. Namun cobalah sesekali menyempatkan, untuk menguliti sampai bagian terdalam, dari semua keinginan anda. Ujunya, bakalan ketemu yang itu tadi… Bahagia… Anda sebenarnya mencarisesuatu yang non materi, dibalik semua gemerlap wujud materi.



Komentar

Postingan Populer