RESENSI NOVEL "RINDU"

RINDU (TERE LIYE)


     Certia bermula di suatu pagi di penghujung tahun 1928, tepatnya pada tanggal 1 Desember tahun 1938 atau bertepatan dengan 9 syawal tahun 1357. Matahari baru sepenggalan naik ketika pagi itu, sebuah kapal besar merapat di pelabuhan Makassar. Ada serombongan keluarga pengusaha yang terkenal asal Makassar yang menaiki kereta kuda. Yaitu Daeng Andipati, istrinya, dan kedua putrinya yaitu Anna dan Elsa.
    Buku ini mengisahkan perjalanan yang sangat panjang. Dan sebagaimana lazimnya sebuah perjalanan selalu disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan perjalanan yang panjang, perjalanan ini menggunakan kapal uap besar namanya kapal BLITAR HOLLAND. Kapal itu memiliki panjang 135 meter, dan lebarnya 16 meter. Kapal ini adalah kapal kargo terbesar milik Belanda pada zaman itu. Kapal ini di buat oleh Eropa pada tahun 1923 yang dimilikinoleh perusahaan yang namanya Korinklijke Rotterdam. Kapal ini awalnya tidak mengangkut penumpang namun mengangkut barang makanan. Hanya saja pada waktu itu, kebutuhan  angkutan haji semakin tinggi.
     Di perjalanan itu juga ada seorang kakek tua yang bernama Ahmad Karaeng atau yang dikenal dengan sebutan “Gurruta”. Dia masih keturunan raja Gowa. Dia juga ahli agama yang sangat bijak. Ada Dale si tukang cukur, Ambo Uleng sang kelasi handal, Kapten Phillip yang baik, dan Sergeant Lucas yang kejam. Kemudian kapal berangkat dari Makassar ke Batavia.
     Singkat cerita, sore tanggal 8 Desember tahun 1938, hari ke tujuh perjalanan, kapal Blitar Holland  tiba di Batavia. Disana ada kantor gubernur jendral De Jong, tepatnya di gedung  Stad Huis atau Balai Kota atau sekarang adalah museum Fatahillah. Di pelabuhan Batavia, Elsa dan Anna bertemu dengan seorang pasangan romantis yang sudah tua yaitu Mbah Kakung dan Mbah Putri Slamet dan bertemu dengan Bonda Upe dan suaminya. Jamaah di batavia yang mengikuti perjalanan haji sangat banyak.
Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Singkat cerita, suatu hari di malam hari di tengah suasana duka cita kematian Mbah Putri, di susul dengan berhentinya mesin uap yang membuat kapal terkuntang-kantung, dan Ambo Uleng membenarkannya dan berhasil. Ambo uleng di puji oleh Kapten Phillips dan di beri tepuk tangan yang meriah oleh kelasi lain.
     Suatu hari, Gurruta di tangkap oleh Sergeant Lucas, karena pada waktu itu Gurruta membuat buku, buku itu sangat tidak disukai oleh Lucas, dan dia menganggapnya buku itu sangat berbahaya. Buku itu berjudul “KEMERDEKAAAN ADALAH HAK SEGALA BANGSA”. Namun ketika Lucas ingin menangkapnya, Ambo Uleng langsung menghadangnya dan dia di dorong oleh kedua perwira Belanda, dan kemudian Chef Lars juga ikut menghadang Lucas namun tidak berhasil menghalanginya. Dan tak lama kemudian, Ahmad Karaeng pun di tangkap oleh Lucas yang kejam, dan di masukan ke dalam sel, dengan ruangan yang menyedihkan.
     Dan akhirnya Ambo uleng mempunyai ide untuk menghancurkan besi jeruji, tetapi tidak akan bisa kata Chef Lars, dan dia mempunyai cara lain tetapi sangat beresiko. Dia menyuruh semua penumpang untuk menyerang balik pasukan Belanda yang di pimpin oleh Sergeant Lucas. Dan ide yang brilian adalah membuat tulisan lalu di edarkan ke seluruh penumpang di kantin. Tetapi rencana itu di tolak oleh Gurruta, karena dia tidak mau ada pertumpahan darah. Niat Ambo adalah untuk membebaskan Gurruta dari kekejaman pemberontak dan membebaskan yang lainnya juga termasuk Elsa, Anna, Bonda Upe, bapak Soerjadiningrat dan penumpang lainnya. Dan akhirnya Gurruta setuju dan dia menulis tulisan pesan berantai.
     Pesan itu kemudian di sampaikan ke penumpang, lalu sampai ke Daeng Andipati. 40 perompak yang ada disana tidak menyadari bahwa akan terjadi perlawanan. Pukul 3 kurang lima menit, Ambo, Gurruta, dan enam serdadu Belanda dan beberapa kelasi mesin sudah bersiap di belakang dapur, sedangkan Chef Lars, bersiap di lorong menuju kemudi. Percis pukul 3 pas, perwira KKM memadamkan listrik di ruangan mesin dan gelap seluruh ruangan. Dan akhirnya perlawanan dimulai.
Lima belas menit berlalu, kantin dikuasai sepenuhnya oleh penumpang. Ruang kemudi di ambil alih oleh kelasi dan sebagian perompak berhasil di lumpuhkan dan meyisakan beberapa orang di lorong. Tiba-tiba Gurruta memerintahkan agar mereka berhenti dan di tengah kantin juga ada Daeng Andipati sedang berdiri bersama Gurruta. Dan perlawanan pun berhasil.
Lima hari kemudian, kapal Blitar Holland merapat di pelabuhan Jeddah. Berakhir sudah perjalanan panjang itu. Perjalan lima hari terakhir yang lancar, cuaca yang baik. Kapal melaju dengan kecepatan penuh. Elsa mengkhatamkan Al-Quranya di hari ke 28, disaksikan Gurruta dan beberapa orang dewasa lainnya di masjid kapal. Dan Ambo Uleng memutuskan untuk menunaikan haji. Dan rombongan lain juga menunaikan ibadah haji. Bonda Upe menatapnya, kerinduan ini telah genap juga ribuan jemaah lainnya terharu melihat selubung Ka’bah.
     Besok lusa, setelah pulang dari Makassar, Daeng Andipati mengunjungi 6 saudaranya. Dan adik Anna dan Elsa lahir di atas kapal uap besar itu ketika perjalanan pulang, kembar, dua-duanya anak laki-laki. Mbah Kakung juga telah menunaikan ibadah hajinya sambil berlinang air mata menyebut lirih nama istrinya.
     Setiba kapal Blitar Holland di Makassar, Gurruta mengajaknya turun dan dia dikenalkan dengan putri Daeng Yusuf. Ambo Uleng gemetar menatap kedepan. Ia sungguh tidak tahu, tidak menduga, perjodohan putri pemilik kapal itu adalah dengan murid Gurruta Ahmad Karaeng. Dan kekasih hatinya juga malu-malu meliriknya. Hari itu, Ambo Uleng memahami seutuhnya Gurruta. Sungguh, telah menunggu hadiah yang paling indah bagi orang-orang bersabar.
     Terakhir dalam buku ini bercerita tentang dimana tas biru Anna di temukan oleh kelasi disudut gudang peralatan.

     Itulah kisah dimana perjalanan panjang yang sangat mengagumkan, mengasyikan, menyenangkan, bahkan menyedihkan. Akan tetapi kisah ini sagat berinspiratif buat kita yang membacanya. Novel ini sangat menarik, cerita yang bagus dan jalan ceritanya yang sanagat menarik.
Semoga sahabat blogg bisa membacanya dengan nyaman, bisa juga sahabat blogg mengunjungi penerbit buku RINDU ini yaitu “REPUBLIKA PENERBIT”. Sekian dari saya, mohon maaf bila ada kesalahan kata dan saya ucapkan terima kasih :);)

Komentar

Postingan Populer